SEJARAH INDONESIA

Mengenang Peristiwa Heroik 10 November 1945 "Battle of Surabaya"

Tanggal 10 November 1945 dikenang oleh rakyat Indonesia sebagai Hari Pahlawan, peristiwa Heroik pada saat itu sungguh luar biasa, Pertempuran Surabaya merupakan peristiwa sejarah perang antara pihak tentara Indonesia dengan gabungan pasukan Inggris dan pasukan Belanda. Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 10 November 1945 di Kota Surabaya, Jawa Timur. Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.

- KRONOLOGI PENYEBAB PERISTIWA

Kedatangan Tentara Jepang ke Indonesia
Tanggal 1 Maret 1942, tentara Jepang mendarat di Pulau Jawa, dan tujuh hari kemudian tanggal 8 Maret 1942, pemerintah kolonial Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang berdasarkan Perjanjian Kalijati. Setelah penyerahan tanpa syarat tesebut, Indonesia secara resmi diduduki oleh Jepang.

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Soekarno membacakan teks Proklamasi kemerdekaan
Tiga tahun kemudian, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu setelah dijatuhkannya bom atom (oleh Amerika Serikat) di Hiroshima dan Nagasaki. Peristiwa itu terjadi pada bulan Agustus 1945. Dalam kekosongan kekuasaan asing tersebut, Soekarno kemudian memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

Kedatangan Tentara Inggris dan Belanda
Tentara Inggris di Surabaya
Setelah kekalahan pihak Jepang, rakyat dan pejuang Indonesia berupaya melucuti senjata para tentara Jepang. Maka timbullah pertempuran-pertempuran yang memakan korban di banyak daerah. Ketika gerakan untuk melucuti pasukan Jepang sedang berkobar, tanggal 15 September 1945, tentara Inggris mendarat di Jakarta, kemudian mendarat di Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945.

Tentara Inggris datang ke Indonesia tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) atas keputusan dan atas nama Blok Sekutu, dengan tugas untuk melucuti tentara Jepang, membebaskan para tawanan perang yang ditahan Jepang, serta memulangkan tentara Jepang ke negerinya. Namun selain itu tentara Inggris yang datang juga membawa misi mengembalikan Indonesia kepada administrasi pemerintahan Belanda sebagai negeri jajahan Hindia Belanda. NICA (Netherlands Indies Civil Administration) ikut membonceng bersama rombongan tentara Inggris untuk tujuan tersebut. Hal ini memicu gejolak rakyat Indonesia dan memunculkan pergerakan perlawanan rakyat Indonesia di mana-mana melawan tentara AFNEI dan pemerintahan NICA.

Insiden di Hotel Yamato, Tunjungan, Surabaya
Setelah munculnya maklumat pemerintah Indonesia tanggal 31 Agustus 1945 yang menetapkan bahwa mulai 1 September 1945 bendera nasional Sang Saka Merah Putih dikibarkan terus di seluruh wilayah Indonesia, gerakan pengibaran bendera tersebut makin meluas ke segenap pelosok kota Surabaya. Klimaks gerakan pengibaran bendera di Surabaya terjadi pada insiden perobekan bendera di Yamato Hoteru / Hotel Yamato (bernama Oranje Hotel atau Hotel Oranye pada zaman kolonial, sekarang bernama Hotel Majapahit) di Jl. Tunjungan no. 65 Surabaya.

Sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Mr. W.V.Ch. Ploegman pada sore hari tanggal 18 September 1945, tepatnya pukul 21.00, mengibarkan bendera Belanda (Merah-Putih-Biru), tanpa persetujuan Pemerintah RI Daerah Surabaya, di tiang pada tingkat teratas Hotel Yamato, sisi sebelah utara. Keesokan harinya para pemuda Surabaya melihatnya dan menjadi marah karena mereka menganggap Belanda telah menghina kedaulatan Indonesia, hendak mengembalikan kekuasan kembali di Indonesia, dan melecehkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang sedang berlangsung di Surabaya.

perobekan bendera Belanda oleh pemuda Surabaya
Tak lama setelah mengumpulnya massa di Hotel Yamato, Residen Soedirman, pejuang dan diplomat yang saat itu menjabat sebagai Wakil Residen (Fuku Syuco Gunseikan) yang masih diakui pemerintah Dai Nippon Surabaya Syu, sekaligus sebagai Residen Daerah Surabaya Pemerintah RI, datang melewati kerumunan massa lalu masuk ke hotel Yamato dikawal Sidik dan Hariyono. Sebagai perwakilan RI dia berunding dengan Mr. Ploegman dan kawan-kawannya dan meminta agar bendera Belanda segera diturunkan dari gedung Hotel Yamato. Dalam perundingan ini Ploegman menolak untuk menurunkan bendera Belanda dan menolak untuk mengakui kedaulatan Indonesia. Perundingan berlangsung memanas, Ploegman mengeluarkan pistol, dan terjadilah perkelahian dalam ruang perundingan. Ploegman tewas dicekik oleh Sidik, yang kemudian juga tewas oleh tentara Belanda yang berjaga-jaga dan mendengar letusan pistol Ploegman, sementara Soedirman dan Hariyono melarikan diri ke luar Hotel Yamato.

Sebagian pemuda berebut naik ke atas hotel untuk menurunkan bendera Belanda. Hariyono yang semula bersama Soedirman kembali ke dalam hotel dan terlibat dalam pemanjatan tiang bendera dan bersama Koesno Wibowo berhasil menurunkan bendera Belanda, merobek bagian birunya, dan mengereknya ke puncak tiang bendera kembali sebagai bendera Merah Putih.

Setelah insiden di Hotel Yamato tersebut, pada tanggal 27 Oktober 1945 meletuslah pertempuran pertama antara Indonesia melawan tentara Inggris . Serangan-serangan kecil tersebut di kemudian hari berubah menjadi serangan umum yang banyak memakan korban jiwa di kedua belah pihak Indonesia dan Inggris, sebelum akhirnya Jenderal D.C. Hawthorn meminta bantuan Presiden Sukarno untuk meredakan situasi.

Kematian Brigadir Jenderal Mallaby
Brigadir Jenderal Aubertin Mallaby
Setelah gencatan senjata antara pihak Indonesia dan pihak tentara Inggris ditandatangani tanggal 29 Oktober 1945, keadaan berangsur-angsur mereda. Walaupun begitu tetap saja terjadi bentrokan-bentrokan bersenjata antara rakyat dan tentara Inggris di Surabaya. Bentrokan-bentrokan bersenjata di Surabaya tersebut memuncak dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, (pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur), pada 30 Oktober 1945 sekitar pukul 20.30. Mobil Buick yang ditumpangi Brigadir Jenderal Mallaby berpapasan dengan sekelompok milisi Indonesia ketika akan melewati Jembatan Merah. Kesalahpahaman menyebabkan terjadinya tembak menembak yang berakhir dengan tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby oleh tembakan pistol seorang pemuda Indonesia yang sampai sekarang tak diketahui identitasnya, dan terbakarnya mobil tersebut terkena ledakan granat yang menyebabkan jenazah Mallaby sulit dikenali.

Kematian Mallaby ini menyebabkan pihak Inggris marah kepada pihak Indonesia dan berakibat pada keputusan pengganti Mallaby, Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh untuk mengeluarkan ultimatum 10 November 1945 untuk meminta pihak Indonesia menyerahkan persenjataan dan menghentikan perlawanan pada tentara AFNEI dan administrasi NICA.

Perdebatan tentang pihak penyebab baku tembak
Mobil Buick Brigadir Jenderal Mallaby yang meledak di dekat Gedung Internatio dan Jembatan Merah Surabaya
Tom Driberg, seorang Anggota Parlemen Inggris dari Partai Buruh Inggris (Labour Party). Pada 20 Februari 1946, dalam perdebatan di Parlemen Inggris (House of Commons) meragukan bahwa baku tembak ini dimulai oleh pasukan pihak Indonesia. Dia menyampaikan bahwa peristiwa baku tembak ini disinyalir kuat timbul karena kesalahpahaman 20 anggota pasukan India pimpinan Mallaby yang memulai baku tembak tersebut tidak mengetahui bahwa gencatan senjata sedang berlaku karena mereka terputus dari kontak dan telekomunikasi. Berikut kutipan dari Tom Driberg :
"... Sekitar 20 orang (serdadu) India (milik Inggris), di sebuah bangunan di sisi lain alun-alun, telah terputus dari komunikasi lewat telepon dan tidak tahu tentang gencatan senjata. Mereka menembak secara sporadis pada massa (Indonesia). Brigadir Mallaby keluar dari diskusi (gencatan senjata), berjalan lurus ke arah kerumunan, dengan keberanian besar, dan berteriak kepada serdadu India untuk menghentikan tembakan. Mereka patuh kepadanya. Mungkin setengah jam kemudian, massa di alun-alun menjadi bergolak lagi. Brigadir Mallaby, pada titik tertentu dalam diskusi, memerintahkan serdadu India untuk menembak lagi. Mereka melepaskan tembakan dengan dua senapan Bren dan massa bubar dan lari untuk berlindung; kemudian pecah pertempuran lagi dengan sungguh gencar. Jelas bahwa ketika Brigadir Mallaby memberi perintah untuk membuka tembakan lagi, perundingan gencatan senjata sebenarnya telah pecah, setidaknya secara lokal. Dua puluh menit sampai setengah jam setelah itu, ia (Mallaby) sayangnya tewas dalam mobilnya-meskipun (kita) tidak benar-benar yakin apakah ia dibunuh oleh orang Indonesia yang mendekati mobilnya; yang meledak bersamaan dengan serangan terhadap dirinya (Mallaby).

Saya pikir ini tidak dapat dituduh sebagai pembunuhan licik... karena informasi saya dapat secepatnya dari saksi mata, yaitu seorang perwira Inggris yang benar-benar ada di tempat kejadian pada saat itu, yang niat jujurnya saya tak punya alasan untuk pertanyakan ... "

- ULTIMATUM 10 NOVEMBER 1945
Setelah terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, penggantinya, Mayor Jenderal Robert Mansergh mengeluarkan ultimatum yang menyebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas. Batas ultimatum adalah jam 6.00 pagi tanggal 10 November 1945.

Tentara  Inggris berlindung dibalik Tanknya
Ultimatum tersebut kemudian dianggap sebagai penghinaan bagi para pejuang dan rakyat yang telah membentuk banyak badan-badan perjuangan / milisi. Ultimatum tersebut ditolak oleh pihak Indonesia dengan alasan bahwa Republik Indonesia waktu itu sudah berdiri, dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) juga telah dibentuk sebagai pasukan negara. Selain itu, banyak organisasi perjuangan bersenjata yang telah dibentuk masyarakat, termasuk di kalangan pemuda, mahasiswa dan pelajar yang menentang masuknya kembali pemerintahan Belanda yang memboncengi kehadiran tentara Inggris di Indonesia.

Pada 10 November pagi, tentara Inggris mulai melancarkan serangan berskala besar, yang diawali dengan bom udara ke gedung-gedung pemerintahan Surabaya, dan kemudian mengerahkan sekitar 30.000 infanteri, sejumlah pesawat terbang, tank, dan kapal perang.

Berbagai bagian kota Surabaya dibombardir dan ditembak dengan meriam dari laut dan darat. Perlawanan pasukan dan milisi Indonesia kemudian berkobar di seluruh kota, dengan bantuan yang aktif dari penduduk. Terlibatnya penduduk dalam pertempuran ini mengakibatkan ribuan penduduk sipil jatuh menjadi korban dalam serangan tersebut, baik meninggal mupun terluka.

Pidato Bung Tomo: "Merdeka atau Mati"
Di luar dugaan pihak Inggris yang menduga bahwa perlawanan di Surabaya bisa ditaklukkan dalam tempo tiga hari, ternyata meleset. Para tokoh masyarakat seperti pelopor muda Bung Tomo yang berpengaruh besar di masyarakat terus menggerakkan semangat perlawanan pemuda-pemuda Surabaya sehingga perlawanan terus berlanjut di tengah serangan skala besar Inggris. Tokoh-tokoh agama yang terdiri dari kalangan ulama serta kyai-kyai pondok Jawa seperti KH. Hasyim Asy'ari, KH. Wahab Hasbullah serta kyai-kyai pesantren lainnya juga mengerahkan santri-santri mereka dan masyarakat sipil sebagai milisi perlawanan (pada waktu itu masyarakat tidak begitu patuh kepada pemerintahan tetapi mereka lebih patuh dan taat kepada para kyai) sehingga perlawanan pihak Indonesia berlangsung lama, dari hari ke hari, hingga dari minggu ke minggu lainnya. Perlawanan rakyat yang pada awalnya dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi, makin hari makin teratur. Pertempuran skala besar ini mencapai waktu sampai tiga minggu, sebelum seluruh kota Surabaya akhirnya jatuh di tangan pihak Inggris.

Setidaknya 16.000 pejuang dari pihak Indonesia tewas dan 200,000 rakyat sipil mengungsi dari Surabaya. Korban dari pasukan Inggris dan India kira-kira sejumlah 2.000 orang. Pertempuran berdarah di Surabaya yang memakan ribuan korban jiwa tersebut telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi korban pada hari 10 November ini kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan oleh Republik Indonesia hingga sekarang, kemudian kota Surabaya dianugrahi sebagai Kota Pahlawan (satu-satunya di Indonesia).



*Sumber: id.wikipedia.org (sebagian isi dan gambar saya tambah agar informasinya lebih jelas)













Arsip untuk Bandung Lautan Api kategori

Laskar Api

Posted in Bandung Lautan Api, Catatan Perjalanan on April 24, 2012 by Komunitas Aleut
Oleh : Mira Rachmawatie
Bandung, 23 maret 1946
Suasana langit  sore Parijs van Java berwarna merah marun, semburat lembayung terlukis. Saat kepala menengadah keatas maka terpaksa mata memicing untuk menghindari terpaan warna sang langit. Jam 17.00 mungkin atau bahkan menuju magrib, suasana Bandung  tampak mencekam.
“Rencana kita apakah sudah matang??” sang kolonel  berbicara, dengan pandangan yang lurus ke arah meja yang ada di depan nya
“Siap kolonel!!!” sahut sang ajudan
“evakuasi rakyat, segera!! Segenap raga dan jiwa tidak akan pernah rela jika tanah ini kembali dijajah!!” teriak sang kolonel
“merdeka!!!!” teriak lantang para pembawa obor.


Bandung, 23 maret 1946
Pukul : 23.00
Derap langkah para laskar terdengar, degup jantung mereka pun serasa akan menggoncangkan Tanah Parahyangan ini.
Penentuan titik – titik api sudah dimulai. Para pejuang api mulai mensisir warga dan mendata rumah siapa saja yang rela menjadi korban.
Setiap pintu mereka datangi, tak hanya disambangi, tetapi mereka kobarkan api yang sangat besar pada setiap penghuni rumah yang mereka kunjungi.
“bung, saya dengan sukarela membakar semua yang saya punya, termasuk jantung saya demi perjuangan tatar Parahyangan” sahut salah seorang pemuda kepada sekumpulan laskar api
“baik bung, mari bergabung, hanya pemuda seperti anda yang mampu menjadi kan tatar Parahyangan ini menjadi panas dan membara” sang empu laskar menyambut dengan mata yang berbinar.


Bandung, 24 maret  1946
Pkl : 05.00
Sekelompok pemuda, berlari menuju pusat kota Parijs van Java. Derap derap langkah mereka terdengar, nafas yang terengah-engah pun menjadi  pengiring derap langkah mereka.
Demi tatar Parahyangan, demi tanah kelahiran mereka, berkobaran api di kepalan tangan mereka.
Tinjuan dari kepalan tangan ke langit yang kosong menjadi sangat berarti bagi sekelompok pemuda ini. Laskar api, suara suara menggelegar dari sang empu bagiakan minyak tanah yang terus disirami kepada jiwa mereka yang sedang membara.
Sekarang hanya teriakan teriaknn heroik yang sangat membahana terdengar.
“Merdeka!!!merdeka!!!merdeka!!!” suara lantang dari laskar api


Bandung, 24 maret 1946
Pkl: 06.00
Sirene sudah mulai menghiung, pertanda sudah dimulai
“ayo!!! Kita mulai, jangan ragu bung!! Nasib tatar ini ada dikepalan tangan kita semua, MERDEKA!!!!!” Gelegar sang empu laskar, membuat kobaran sang laskar api semakin berkibar.
DUARRRR!!!!…
DUARRRRRR!!!!
DUARRRRR!!!
Suara bom yang dilemparkan sudah terdengar. Bom bom tersebut serasa lega dengan mengeluarkan suara suara yang menggelegar. Bandung semakin panas, semakin membara.
Semua titik mereka lumat tanpa sisa. rumah rakyat tampak lezat dilahap oleh si jago merah.
Bandung terbakar. Bandung membara.
Sang koloni kewalahan.
Laskar api berlari, membawa si jago merah dikepalan tangan mereka.
MERDEKA!!!!MERDEKA!!!

Bandung. 1 april 2012
Pkl 08.00
Segerombolan pemuda dan pemudi berada di depan gedung Bank Jabar Banten. Mengerumuni seonggok semen yang kira-kira 50-60cm tinggi nya. Stilasi, itu yang mereka sebut-sebut. Padahal hanya seonggok semen berbentuk bangun ruang segitiga dilengkap plat besi di setiap sisi nya.
Janganlah berburuk sangka pada onggokan semen tersebut, disana ada berbagai cerita yang akan membuat kita merasa menjadi pejuang.
Stilasi Bandung Lautan Api, adalah sebuah penanda yang dibangun sekitar tahun 1995 atau 1997 (saya lupa persisnya). Ini  merupakan monumen, pertanda bahwa Bandung pernah di bumi hangus kan oleh rakyatnya sendiri. Mungkin jika seonggok semen ini bisa berbicara maka dia akan seperti proyektor yang akan memutarkan tentang kisah bagaiman tatar Parahyanagn ini menjadi batu bara yang panas. Refleksi peristiwa  Bandung Lautan Api di zaman sekarang sangat kentara perbedaan dengan  zaman dulu. Jajaka jajaka bandung membumi hanguskan segala yang mereka miliki dengan  satu alasan yaitu PENGORBANAN.
Tetapi berbeda dengan kenyataan sekarang, pemuda sekarang membumi hanguskan apapun yang ada dihadapan mereka dengan alasan PENOLAKAN. Sungguh sangat jauh. Seperti langit dan bumi.
Tentu fikiran kita melayang ketika pemerintah dengan kurang tegas dan lugas ingin menaikan harga BBM. Para demonstran yang notabene adalah pemuda pemudi mulai beraksi, menunjukan ke “membaraan”  mereka. Menunjukan “kelantangan “ mereka sebagai pemuda, dengan berteriak di depan gedung gedung pemerintah.
Ironi . hangus nya tatar parahyangan tahun 1946 dan hangus nya tatar parahyanagn tahun 2012 diesebakan oleh hal yang berbeda. Yang bertolak belakang sekali.
Bandung. 8 april 2012
*cerita diatas hanya fiktif belaka, apabila ada kesammaan tokoh atau nama itu hanya kebetulan,, hehehe

Wanita-wanita Perkasa dari Bandung

Posted in Bandung Lautan Api, Foto, Heritage Story, Tokoh Bandung on November 2, 2010 by Komunitas Aleut

Bandung Lautan Api , 24 Maret 1946. Segenap warga Bandung tidak rela kotanya dikuasai oleh penjajah memilih untuk membumihanguskan tempat tinggalnya. Dalam foto terlihat wanita2 ‘perkasa’ Bandung membimbing dan menjaga orang2 tua serta anak2 yang mengungsi.
oleh : M.Ryzki Wiryawan

Bandung Dibakar Api Cinta?!

Posted in Bandung Lautan Api, Catatan Perjalanan on Maret 6, 2010 by Komunitas Aleut
Oleh : Candra Asmara
Ketika kita berbicara mengenai bandung lautan api, pengertian kita akan langsung tertuju pada pembakaran yang dilakukan oleh warga bandung terhadap kotanya sendiri. Yang menjadi pertanyaan adalah,mengapa warga kota bandung saat itu sampai rela membakar “kehidupannya” sendiri? Mengapa jalan itu yang dipilih? Apakah langkah tersebut efektif dalam mempertahankan kemerdekaan indonesia? Mungkinkah itu hanya sekedar luapan heroisme yang sia-sia saja?
Indonesia, setelah memerdekakan diri, kota-kota pentingnya kedatangan “tamu” untuk kesekian kalinya. Tamu lama, yaitu belanda..tamu baru inggris, dan tamu allstar yang tergabung dalam team NICA. Mereka datang dengan berbagai kepentingan. Belanda, mencoba kembali menguasai Indonesia setelah Jepang dipaksa menyerah oleh sekutu. Inggris, berdalih untuk memulangkan tentara-tentara Jepang dan melucuti persenjataan Jepang. Dan NICA, bertujuan untuk menembaki, menjarah dan memerkosa. Heuheu.
Kota BAndung, tak ketinggalan untuk “dimeriahkan” oleh mereka.
Para mojang jajaka bandung keheranan melihat bule-bule berseragam tentara hilir mudik di kota. Sok-sok ngatur harus ini harus itu..legeg bahasa sunda na mah..
Dan para “selebritis” kota yang cukup kritis, mampu menangkap sinyal bahwa kalau ini dibiarkan, tak lama lagi Belanda akan menginjak-injak naskah proklamasi 17 agustus 45 yang menyatakan kemerdekaan Indonesia. Setelah darderdor mencoba mempertahankan harga diri sebagai bangsa yang telah merdeka, bule-bule pun tak tinggal diam. Terus mencari cara untuk mempersempit ruang gerak perjuangan para “selebritis” kota saat itu. Salah satunya dengan cara membagi wilayah Bandung menjadi dua bagian. Bagian utara khusus para tamu, dan bagian selatan khusus pribumi, yang dipisahkan oleh rel kereta api sebagai garis batas.
Setelah berbagai peristiwa insidental yang terjadi antara utara dan selatan. Sampailah pada suatu titik dimana pihak utara menginginkan militer pribumi yang ada di bandung selatan untuk “nyingkah” segera, tidak termasuk warga biasa, dan orang-orang pemerintahan.
Tentu saja para “selebritis” pejuang kota Bandung tidak menginginkan hal itu terjadi. Mereka berunding dan memunculkan beberapa pendapat:
1. “kita harus tetap berjuang! Kita lawan! Jangan pedulikan ultimatum mereka! Kita pertahankan kota ini! (-pendapat yang keluar berdasarkan cinta pada kota Bandung. Berani, tetapi tidak mempertimbangkan akibat bila hal ini benar-benar terjadi. Persenjataan sangat timpang, modal semangat?! Mati, percuma.)
2. “Kita turuti saja kemauan mereka! tetapi warga juga harus ikut mengungsi! kita tidak dapat membiarkan warga ditinggal sendiri! siapa yang melindungi mereka?! (-juga pendapat yang keluar berdasarkan cinta, agak humanis, tetapi mana perjuangannya?! kalau hanya menuruti kemauan bule-bule utara, sama saja kita menyerah..pengecut.)
3. “Kita turuti saja, kita mengungsi, ajak warga dan staf pemerintahan. Namun kota ini tidak akan kita berikan begitu saja. Kita lumpuhkan titik-titik penting yang sekiranya akan digunakan bule-bule utara untuk kembali menjajah kita!” (-cinta juga, tampaknya pendapat ini keluar dari pimpinan rapat, pendapat yang diplomatis, ngungsi iya, berjuang dengan cara lain pun iya..)
Akhirnya, pendapat ketiga yang disetujui dan disepakati. Untuk melumpuhkan titik-titik penting yang berada di bandung selatan dipih cara bumi hangus, tempat-tempat yang dirasa penting akan dibakar dengan api cinta para pejuang.
24 maret 1946. Rencana bumi hangus akan dilaksanakan. Warga kota mulai mengungsi ke arah selatan. Majalaya, Garut, bahkan ada yang ke Yogyakarta.
Semakin senja suasana kota bandung pun semakin mencekam. Warga kota berbondong-bondong, membawa barang seadanya. Anak kecil yang digendong bapaknya, bayi yang disusui ibunya, kakek nenek yang dituntun anak cucunya, bahkan ibu hamil yang ikut terbawa arus trend bandung saat itu..mengungsi. Ditengah warga kota yang sedang ”bingung”, para pejuang kota sedang sibuk-sibuknya memasang peledak di gedung-gedung yang dirasa penting dan akan diduduki bule-bule utara nantinya. Bumi hangus akan ”resmi” dilaksanakan dengan ditandai oleh ledakan dari indische restaurant (gedung BRI sekitar alun-alun). Ledakan restoran ini bagaikan kartu pertama yang disentuh dalam efek kartu domino. Begitu indishe restaurant meledak, semua yang ditugaskan untuk meledakan bom harus segera ”push the button”.
Hari semakin larut..kota semakin sepi. Kota hanya berisikan para pejuang yang tengah gugup untuk membumihanguskan kotanya sendiri. Di sudut-sudut kota tampak para NICA yang tengah menjarah isi rumah yang ditinggal, terlihat juga orang-orang Cina, sebagian cina tetap tinggal, sebagian cina yang lain mengungsi ke utara, dan sebagian cina yang lainnya lagi malah sibuk berbisnis.
Bada isya, sebagian kota mulai menyala merah. Warga yang tengah mengungsi pun ikut membakar rumah-rumah yang berada di piggir jalan yang mereka lalui. Rumah tukang nasi kuning, rumah pak RT, rumah ceu kokom, rumah mang usep dan rumah-rumah lain yang berdinding bilik. Untuk apa mereka membakar rumah-rumah penduduk yang tak akan pernah dilirik bule-bule? Bukankah hanya tempat-tempat penting saja yang harus dibakar?
Mungkinkah ini berangkat dari ketidaktahuan sebagian pejuang dan warga? Atau ikut-ikutan trend saat itu, bakar satu bakar semua, duruk hiji duruk kabeh,,
Tiba-tiba..
Jeleger! Buum! Deeus!
Pukul 8 malam. Indische restaurant meledak.
Segera saja peledak-peledak yang lain membuntuti, saling berdebum seperti yang direncanakan.
Ya, urutan peledakan memang sesuai yang direncanakan. Indische restaurant terlebih dahulu, lalu diikuti yang lainnya. Namun waktu peledakan ternyata terlalu cepat dari yang direncanakan. Pukul berapa sebenarnya waktu yang direncanakan itu? Banyak pendapat yang berbeda. Ada yang bilang pukul 22.00, ada yang bilang 24.00,,jadi boleh dibilang ga ada salahnya bila ada yang meledakkan pada pukul 20.00, toh waktu yang direncanakannya pun simpang siur.
Namun, buku-buku yang mengangkat tema bandung lautan api sepakat bahwa rencana peledakan sebenarnya pukul 24.00, dan peledakan pertama di indische restaurant terlalu cepat 4 jam. Oleh karena itu, banyak tempat yang tidak sempat diledakkan karena pemasangan hulu dan hilir ledak belum sempat terpasang dengan baik.
Ternyata, sebagian besar tempat yang diledakkan pun hanya menderita ”luka ringan”. Tidak rusak berat dan terbakar habis seperti yang dibayangkan. Ini dikarenakan kualitas bahan peledak yang seadanya sehingga tidak sanggup untuk meledakkan tempat-tempat penting yang sebagian besar berupa gedung-gedung besar yang berdinding keras dan kokoh.
Kembali pada masalah waktu perencanaan, bila memang saat itu peledakan dilaksanakan pada waktu yang sesuai rencana, apakah ketepatan waktu akan memberikan andil yang besar bila tujuannya untuk membumihanguskan tempat-tempat penting tadi? melihat fakta bahwa beberapa tempat yang diledakkan pun tidak sepenuhnya rusak dan bahkan bisa dipakai kembali.
Namun kita boleh terhibur dengan meledaknya gudang mesiu belanda di dayeuh kolot. Gudang mesiu yang dianggap oleh banyak orang diledakkan oleh moh.Toha yang hingga kini orang-orang masih memperdebatkan siapa beliau, wajahnya bagaimana, perawakannya bagaimana, dan zodiaknya apa..Dan untuk persepsi lain gudang tersebut meledak karena kesalahan penjaga gudang tersebut alias human error,.
Intinya, bumi hangus bandung tidak mempengaruhi perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan, karena tetap jalan diplomasi yang amat sangat berpengaruh. Bumi hangus bandung lebih tampak sebagai aksi heroik semata, melihat militer kita yang tengah terdesak, dan ini merupakan jalan satu-satunya yang bisa diambil. Bumi hangus bandung memiliki tujuan yang jelas, menghanguskan tempat-tempat penting di bagian selatan, meskipun faktanya sebagian besar hanya rumah penduduk yang terbakar, dan tempat-tempat lain yang nonfungsional untuk diduduki belanda. Tujuan bisa dikatakan jelas, namun perencanaan kurang matang.
Memang, bandung dibakar dengan api cinta. Warga kota rela membakar kehidupannya, dan harus hidup dari nol kembali saat kembali ke bandung. Sungguh gila. Kalau tidak gila bukan cinta namanya.
sumber:
membaca buku “saya pilih mengungsi”,
ngaleut, dan
mengobrol.

Bandung Lautan Api .. Harta Benda dan Nyawa Dikorbankan ..

Posted in Bandung Lautan Api, Catatan Perjalanan dengan kaitan (tags) , on Februari 25, 2010 by Komunitas Aleut
By : Asri “Cici” Mustikaati
Halo, Halo Bandung
Ibu kota periangan
Halo,Halo Bandung
Kota kenang-kenangan
Sudah lama beta
Tidak berjumpa dengan kau
Sekarang telah menjadi lautan api
Mari bung rebut kembali
Dulu sewaktu sekolah SD, lagu ini sering saya dengarkan di upacara bendera senin pagi. Halo-Halo Bandung dipilih sebagai lagu wajib pilihan selain Indonesia Raya tentunya yang benar-benar wajib dinyanyikan. Ditulis oleh Ismail Marzuki yang belakangan baru saya ketahui kalau lagu ini masih diperdebatkan siapa pencipta sebenarnya. Terlepas dari perdebatan itu, lagu Halo-Halo Bandung adalah salah satu lagu perjuangan yang mengingatkan kita pada suatu peristiwa bersejarah di kota Bandung, Bandung Lautan Api.
Hayo .. Ngaku deh .. Sering denger Bandung Lautan Api tapi ga tau gimana cerita sejarahnya? Hehe .. Wah .. Jangan-jangan berlakunya cuma buat saya aja nih. Huhu .. Gapapa deh, walaupun begitu saya tetep pengen bagi-bagi pengalaman dan pengetahuan saya dengan temen-temen semua.. Juga tentang perjalanan saya dengan komunitas Aleut! di hari minggu kemarin (21/02/10).
Minggu pagi itu saya berkumpul di Bank Jabar Banten jalan Braga jam 7 pagi. Ah senangnya karena Aleut! kedatangan banyak anggota baru! Ada temen-temen dari Sahabat Kota, ITB, Unpad, Unpas, siswa SMK, Konus, pegawai kantor sampai adik-adik yang masih duduk di bangku SD! Total peserta minggu kemarin sebanyak 29 orang lho! Walaupun peringatannya masih satu bulan lagi, tapi kobaran semangat perjuangan rakyat Bandung Selatan sudah mulai terasa.
Bandung Lautan Api terjadi pada 24 Maret 1946. Satu hari sebelumnya yaitu tanggal 23 Maret 1946 NICA (Nederlands Indies Civil Administration) dan Inggris mengultimatum TRI (Tentara Republik Indonesia) untuk mundur sejauh 11 km dari pusat kota dalam waktu 24 jam saja (pada tanggal 20 Desember 1945 pemerintah kota Bandung sudah pernah mendapatkan ultimatum ini). Pada saat itu Bandung terbagi menjadi dua wilayah. Wilayah utara dikuasai oleh sekutu dan NICA, sebelah selatan dikuasai oleh TRI dengan jalur rel kereta api sebagai batas wilayahnya. TRI yang pada saat itu dipimpin oleh Kol.A.H. Nasution yang juga Komandan Divisi III menuruti perintah pemerintah RI pusat (melalui Syarifuddin Prawiranegara) untuk segera meninggalkan kota Bandung. Padahal Markas Besar TRI yang bertempat di Yogyakarta menginginkan wilayah Bandung dipertahankan, dijaga setiap jengkalnya walaupun harus mengorbankan nyawa. Diambillah keputusan rakyat Bandung mundur, namun TRI serta laskar-laskar tetap bertahan dan berjuang mempertahankan tanah Bandung Selatan walaupun pada akhirnya ikut mengungsi karena keadaan yang tidak mungkin untuk melawan musuh. Bandung dipisahkan karena sekutu melihat semakin bersatunya kekuatan laskar dan TRI. Sekutu khawatir keinginan mereka menguasai Bandung tidak tercapai. TRI, BKR (Badan Keamanan Rakyat), Laskar Rakyat, Barisan Banteng, Barisan Merah, Laswi (Laskar Wanita), Siliwangi, Pelajar Pejuang bersama dengan rakyat berjuang mempertahankan wilayah.
Keputusan meninggalkan Bandung diambil melalui musyawarah Majelis Persatuan Perjuangan Priangan (MP3) pada hari itu juga yang dihadiri oleh semua barisan perjuangan. Tindakan pembumihangusan itu sendiri diusulkan oleh Rukana yang saat itu menjabat sebagai Komandan Polisi Militer di Bandung. Setelah keputusan disepakati, Kol.A.H.Nasution menginstruksikan agar rakyat segera meninggalkan Bandung. Saat itu juga rakyat Bandung mengungsi dalam rombongan besar ke berbagai daerah seperti Soreang, Dayeuh Kolot, Cicalengka, Pangalengan. Mereka mengungsi meninggalkan harta benda, hanya membawa barang seadanya. Rakyat mundur dan Bandung siap dikosongkan. Pengosongan ini disertai dengan pembakaran kota. Rumah-rumah dan gedung-gedung dibakar oleh masyarakat dan para pejuang. Hal ini dilakukan agar sekutu tidak dapat menggunakan dan memanfaatkannya. Rakyat tidak rela kotanya diambil alih pihak musuh. Dalam situs http://www.rnw.nl/id/bahasa-indonesia/article/bandung-lautan-api-mitos-dan-sejarah dituliskan bahwa perintah mundur ini menyakiti para pejuang di lapangan. “Kami waktu itu sudah diajari oleh Jepang tentang politik bumi hangus. Dan kami tidak rela kembali dijajah. Jadi ketika kami mundur semua rumah dibakar oleh pemiliknya,” jelas Akhbar yang pada saat itu merupakan anggota Laskar Pemuda.
Bangunan pertama yang dibakar yaitu bangunan Indische Restaurant yang sekarang lokasinya sekitar Bank BRI jalan Asia-Afrika sekitar pukul 21.00 malam. Dilanjutkan dengan pembakaran gedung-gedung penting di sekitarnya termasuk juga rumah-rumah rakyat. Malam itu kobaran api memanaskan kota Bandung. Dari puncak bukit terlihat Bandung memerah. Dari Cimahi di barat sampai Ujung Berung di timur Bandung. Namun seberapa hangusnya kota Bandung, masih belum pasti. Di beberapa tulisan disebutkan gedung-gedung yang dibakar tidak begitu rusak dan masih bisa dipakai bahkan dijadikan tempat pertemuan penting serta konferensi internasional beberapa tahun kemudian (nenek saya yang mengungsi ke Pangalengan juga bercerita kalau sekembalinya dari pengungsian, rumahnya tidak terbakar sama sekali karena yang dibakar hanya rumah-rumah di pinggir jalan raya saja). Terjadi pula peledakan gudang mesiu milik sekutu di Dayeuh Kolot. Pelakunya Moh.Toha dan Ramdan dengan menggunakan granat tangan hingga mengakibatkan Ramdan tewas, namun entah dengan Moh.Toha, tewaskah atau menghilang. Sosok yang sebenarnya dari Moh.Toha pun masih diperdebatkan. Nama Moh.Toha kini diabadikan menjadi salah satu nama jalan dan tugu perjuangan di Bandung.
Nama ‘Bandung Lautan Api’ tentunya dikenal setelah peristiwa pembakaran kota Bandung. Ada yang menuliskan bahwa istilah Bandung Lautan Api berawal dari Rukana (Komandan Polisi Militer di Bandung) yang pada saat melakukan pertemuan tindakan ultimatum Inggris mengatakan “Mari kita bikin Bandung Selatan menjadi lautan api”. Tulisan lain menyebutkan bahwa istilah Bandung Lautan Api muncul saat tulisan Atje Bastaman dimuat di harian Suara Merdeka tanggal 26 Maret 1946. Atje yang wartawan muda memberitakan peristiwa pembakaran kota dengan judul Bandoeng Djadi Laoetan Api. (http://cingciripit.wordpress.com/2008/03/24/asal-usul-istilah-bandung-lautan-api/)
Peristiwa Bandung Lautan Api (BLA) dikenang Ismail Marzuki melalui lagu Halo-Halo Bandung. W.S.Rendra pun mengenang BLA lewat sajak yang berjudul ‘Sajak Seorang Tua Tentang Bandung Lautan Api’. Berikut sepenggal sajaknya ..
Bagaimana mungkin kita bernegara
Bila tidak mampu mempertahankan wilayahnya
Bagaimana mungkin kita berbangsa
Bila tidak mampu mempertahankan kepastian hidup bersama ? I
tulah sebabnya
Kami tidak ikhlas menyerahkan
Bandung kepada tentara Inggris dan akhirnya kami bumi hanguskan kota tercinta itu sehingga menjadi lautan api
Kini batinku kembali mengenang udara panas yang bergetar dan menggelombang, bau asap, bau keringat suara ledakan dipantulkan mega yang jingga, dan kaki langit berwarna kesumba.
Agar BLA tidak dilupakan dan tetap dikenang oleh masyarakat Bandung, maka dibuatlah stilasi atau monument BLA oleh Bandung Heritage dengan bantuan dari American Express. Stilasi ini berbentuk prisma segitiga, tinggi ± 50 cm, seperti monumen berukuran kecil. Di ketiga sisinya terdapat plakat jalur pengungsian BLA, teks lagu Halo-Halo Bandung, dan logo American Express. Bagian atas stilasi terdapat bunga patrakomala yang terbuat dari besi, karya seniman Sunaryo. Stilasi ini disebarkan di 10 titik di wilayah Bandung. Kesepuluh titik itu mewakili peristiwa-peristiwa penting di Bandung.
  1. Titik pertama adalah stilasi di jalan Dago tepatnya belokan Dago-Sultan Agung, depan bangunan Drikleur (Bank BTPN sekarang). Bangunan bekas kantor berita Domei ini dijadikan lokasi pembacaan teks proklamasi untuk pertama kalinya oleh rakyat Bandung.
  2. Titik ke-dua, stilasi di depan Bank Jabar Banten jalan Braga. Dulu adalah gedung DENIS Bank. Di atas gedung ini adalah tempat terjadinya perobekan bendera merah-putih-biru menjadi merah-putih oleh pemuda Bandung E.Karmas dan Moeljono.
  3. Titik ke-tiga, stilasi depan kantor Asuransi Jiwas Raya. Kantor yang dulu dikenal dengan nama NILMIJ ini sempat dijadikan markas resimen 8.
  4. Titik ke-empat, stilasi di Rumah tepatnya di jalan Simpang. Tempat perumusan dan diputuskannya pembumihangusan Bandung.
  5. Titik ke-lima, stilasi di jalan Kautamaan Istri, mengacu pada bangunan di sekitarnya yang sempat dijadikan gedung perkumpulan para pejuang dan menggambarkan kondisi Bandung yang sudah sangat gawat.
  6. Titik ke-enam, stilasi di jalan Dewi Sartika. Rumah yang ada di belakang stilasi ini adalah rumah sekaligus markas Kol.A.H.Nasution.
  7. Titik ke-tujuh, stilasi di pertigaan Lengkong Dalam-Lengkong Tengah. Merupakan pemukiman Belanda, wilayah yang dibombardir Inggris pada 6 Desember 1945.
  8. Titik ke-delapan, stilasi di jalan Jembatan Baru. Batas garis pertahanan pemuda pejuang saat Pertempuran Lengkong.
  9. Titik ke-sembilan, stilasi di kompleks SD Asmi. Bangunan ini adalah markas bagi pemuda pejuang sebelum Bandung Lautan Api.
  10. Titik ke-sepuluh, stilasi di jalan Moh.Toha depan gereja. Sebelumnya adalah gedung pemancar NIROM dimana berita kemerdekaan dan pembacaan teks proklamasi RI disebarkan ke seluruh dunia.
Dan berakhirlah acara ngaleut kami di Tugu Bandung Lautan Api di Tegallega. Untuk info lebih lengkap mengenai kegiatan ngaleut jalur BLA minggu lalu, bisa lihat tulisan teman saya di http://aleut.wordpress.com/ Ingin melihat bagaimana kondisi stilasi-stilasi itu sekarang? Boleh .. Lihat saja langsung ke titik-titik stilasi itu berada. Saya tidak akan bercerita bagaimana keadaannya, namun itulah cerminan masyarakat Bandung dalam menjaga dan menghargai sejarah kota tempat tinggalnya sendiri. Untuk jalur BLA ini, lebih nyaman bila menyusurinya dengan berjalan kaki atau bersepeda, pagi atau sore hari.
Halo, Halo warga kota Bandung …
Mari bung rebut kembali ….
Rebut kembali hijaunya, rebut kembali keasriannya, rebut kembali kecantikannya, rebut kembali ketertibannya, rembut kembali kenyamanannya .. ^^
Ref : Berbagai sumber (internet). He ..








Kekuatan Militer Indonesia Pernah Menjadi SuperPower di Tahun 1960-an

1
Setelah perang dunia ke-2 berakhir yang menelan banyak korban. Terjadilah fase perang dingin antara Amerika Serikat dengan Uni Sovyet. Dan kemudian indonesia merdeka di tahun 1945 dimana masih terjadi pergulatan ideologi apa yang akan dipakai oleh NKRI waktu itu. Disinilah mantan Presiden Soekarno memainkan peran politik yang kuat terhadap Uni Sovyet yang kala itu berideologi komunis. Karena ketakutan Uni Sovyet akan jatuhnya Indonesia ketangan Belanda dan sekutu yang kemudian nantinya akan membuat Ideologi Kapitalis yang di usung Amerika akan tumbuh subur di Republik Indonesia. Inilah yang pada akhirnya membuat hubungan Soekarno begitu mesra dengan Uni Sovyet dan tentunya Soekarno anti Amerika. Dengan itu Uni Sovyet mendukung kekuatan militer Indonesia secara besar-besaran dengan mengirimkan persenjataan super canggih nan mutakhir ke RI. Sehingga kekuatan militer Indonesia adalah salah satu yang terbesar dan terkuat di dunia pada waktu itu bahkan kekuatan Belanda sudah tidak sebanding dengan Indonesia, dan Amerika sangat khawatir dengan perkembangan kekuatan militer kita.
Gambar Persiden Soekarno Dan Kekuatan Militer pada Saat Itu
 Gambar Persiden Soekarno Dan Kekuatan Militer pada Saat Itu
1960, Belanda masih bercokol di Papua. Melihat kekuatan Republik Indonesia yang makin hebat, Belanda yang didukung Barat merancang muslihat untuk membentuk negara boneka yang seakan-akan merdeka, tapi masih dibawah kendali Belanda.
Presiden Sukarno segera mengambil tindakan ekstrim, tujuannya, merebut kembali Papua. Sukarno segera mengeluarkan maklumat "Trikora" di Yogyakarta, dan isinya adalah:
1. Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan kolonial Belanda.
2. Kibarkan Sang Saka Merah Putih di seluruh Irian Barat
3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum, mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air bangsa.
Berkat kedekatan Indonesia dengan Sovyet, maka Indonesia mendapatkan bantuan besar-besaran kekuatan armada laut dan udara militer termaju di dunia dengan nilai raksasa, US$ 2.5 milyar. Saat ini, kekuatan militer Indonesia menjadi yang terkuat di seluruh belahan bumi selatan. Kekuatan utama Indonesia di saat Trikora itu adalah salahsatu kapal perang terbesar dan tercepat di dunia buatan Sovyet dari kelas Sverdlov, dengan 12 meriam raksasa kaliber 6 inchi. Ini adalah KRI Irian, dengan bobot raksasa 16.640 ton dengan awak sebesar 1270 orang termasuk 60 perwira. Sovyet, tidak pernah sekalipun memberikan kapal sekuat ini pada bangsa lain manapun, kecuali Indonesia. (kapal-kapal terbaru Indonesia sekarang dari kelas Sigma hanya berbobot 1600 ton).
Kapal KRI Irian yang begitu ditakuti Amerika dan Sekutu
Kapal KRI Irian yang begitu ditakuti Amerika dan Sekutu dalam operasi Trikora
 Gambar Kapal KRI Irian yang begitu ditakuti Amerika dan Sekutu
kapal selam whiskey
 Gambar Kapal Selam Whiskey
Angkatan udara Indonesia juga menjadi salahsatu armada udara paling mematikan di dunia, yang terdiri dari lebih dari 100 pesawat tercanggih saat itu. Armada ini terdiri dari :
1. 20 pesawat pemburu supersonic MiG-21 Fishbed.
2. 30 pesawat MiG-15.
3. 49 pesawat tempur high-subsonic MiG-17.
4. 10 pesawat supersonic MiG-19.

Pesawat MiG-21 Fishbed adalah salahsatu pesawat supersonic tercanggih di dunia, yang telah mampu terbang dengan kecepatan mencapai Mach 2. Pesawat ini bahkan lebih hebat dari pesawat tercanggih Amerika saat itu, pesawat supersonic F-104 Starfighter dan F-5 Tiger. Sementara Belanda masih mengandalkan pesawat-pesawat peninggalan Perang Dunia II seperti P-51 Mustang. Sebagai catatan, kedahsyatan pesawat-pesawat MiG-21 dan MiG-17 di Perang Vietnam sampai mendorong Amerika mendirikan United States Navy Strike Fighter Tactics Instructor, pusat latihan pilot-pilot terbaik yang dikenal dengan nama TOP GUN.
pesawat Tempur MiG-21 Fishbed
 Gambar pesawat Tempur MiG-21 Fishbed
pesawat Tempur MiG-15
  Gambar pesawat Tempur MiG-15 
pesawat tempur High-Subsonic MiG-17 Mig-17
 Gambar High-Subsonic MiG-17
pesawat tempur supersonic mig-19
  Gambar Supersonic MiG-19.
Indonesia juga memiliki armada 26 pembom jarak jauh strategis Tu-16 Tupolev (Badger A dan B). Ini membuat Indonesia menjadi salahsatu dari hanya 4 bangsa di dunia yang mempunyai pembom strategis, yaitu Amerika, Rusia, dan Inggris. Pangkalannya terletak di Lapangan Udara Iswahyudi, Surabaya. Bahkan China dan Australia pun belum memiliki pesawat pembom strategis seperti ini. Pembom ini juga dilengkapi berbagai peralatan elektronik canggih dan rudal khusus anti kapal perang AS-1 Kennel, yang daya ledaknya bisa dengan mudah menenggelamkan kapal-kapal tempur Barat. Indonesia juga memiliki 12 kapal selam kelas Whiskey, puluhan kapal tempur kelas Corvette, 9 helikopter terbesar di dunia MI-6, 41 helikopter MI-4, berbagai pesawat pengangkut termasuk pesawat pengangkut berat Antonov An-12B. Total, Indonesia mempunyai 104 unit kapal tempur. Belum lagi ribuan senapan serbu terbaik saat itu dan masih menjadi legendaris sampai saat ini, AK-47.

Pesawat Pengebom Tupolev TU-16
 Gambar Pesawat Pengebom Tupolev TU-16
pesawat tempur B-25 Mitchells
Pesawat Tempur B-25 Mitchells
pesawat pengangkut Antonov An-12B
Gambar Pesawat pengangkut Antonov An-12B.jpg
helikopter MI-4 misi papua barat
Gambar Helikopter MI-4
helikopter MI-6
Gambar helikopter MI-6
Ini semua membuat Indonesia menjadi salasahtu kekuatan militer laut dan udara terkuat di dunia. Begitu hebat efeknya, sehingga Amerika di bawah pimpinan John F. Kennedy memaksa Belanda untuk segera keluar dari Papua, dan menyatakan dalam forum PBB bahwa peralihan kekuasaan di Papua, dari Belanda ke Indonesia adalah sesuatu yang bisa diterima. Tapi setelah orde lama berakhir dan Orde baru berkuasa semua kedigdayaan presiden Soekarno dengan kekuatan Persenjataan sepercanggih tadi menjadi tidak jelas keberadaannya seolah-olah prestasi itu dikubur dan sekarang hanya menjadi sejarah.
Berikut Video Pembebasan Papua Barat dan Kedahsyatan Kekuatan Militer RI di Era Soekarno :



TU DI ATAS ADALAH CUPLIKAN DARI OPERASI TRIKORA IRIAN 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar